Gila, udah pertengahan tahun aja lho! Perasaan baru kemarin kick-off meeting awal tahun di Anyer! Time flies so freakin fast! Btw, aku lagi gatel pengen cerita tentang kehidupan. Padahal gak ada juga yang
baca, tapi aku gak peduli sih sayangnya hehehehehe. Agak sotoy emang anaknya.
Ini sebenernya lebih pengen ke update tentang kehidupanku, supaya aku di masa
depan gak lupa akan apa yang terjadi, akan alasan yang tersembunyi dibalik
pilihan-pilihan yang aku buat, dan untuk mengenang memori tentang perjuangan.
So now, let’s talk about my job
again, maybe? Tentunya dalam bekerja sempat bosan ya, bahkan ketika aku sudah
bekerja di industri yang aku senangi. Kurang lengkap apalagi coba? Aku suka
fashion dan bisnis, Tuhan kasih sebuah fashion company yang punya system manajerial
cukup mapan sebagai ladang aku mencari ilmu. Nyobain jadi textile illustrator,
pernah. Jadi production team, pernah. Jadi marketer, pernah. Termasuk ngurusin
B2B dengan international buyer, pernah. Terus sempat stagnant tuh saat aku
disuruh pegang sosial media beberapa bulan. Rasanya agak bosan karena kurang
challenge dan cenderung repetitive gitu pola kerjanya. Then guess what? Terhitung
bulan depan, aku akan pegang posisi Sales Strategist. A new role again! Dan gak
tau kenapa, rasanya kok berapi-api lagi. Karena memang selama hampir setahun
kerja di fashion company ini, hal terseru datang ketika bisa berinteraksi langsung
dengan para client. Melayani mereka dengan hati, memberi saran dengan jujur, dan
ketika mereka beli barang lalu menyatakan puas terhadap produk dan layanan yang
diberikan, rasanya ikutan senang. Apalagi kalau berhasil me-maintain client
untuk tetap loyal dan mendengar what they really want with our clothes as
medium. Rasanya all the hard work paid off! Serunya lagi adalah, as Sales
Strategist, udah gak lagi cuman mikirin 1 brand aja, tapi all brands (including
ready-to-wear and couture). Oh people, trust me, I love new challenge, and this
is an answer to my prayer!
--------------------------------------------------------------------------
Nah, nextnya ngomongin apa ya. Mungkin lebih ke tentang finansial. It feels great to finally find
a rhythm to save money, to invest money, and to allocate money properly. Senang
bisa ikut bantu bayar-bayar kebutuhan rumah tangga. Senang bisa langganan
Spotify dan Netflix tanpa minta papa mama. Senang kalau bisa nabung minimal 20%
setiap bulannya. Senang bisa ngasih uang ke adik sebagai modal bisnis dia. Senang
bisa punya alokasi dana untuk investasi (tapi belum direalisasikan, karena
belum sempat mencermati what kind of investment that suits me). Intinya lagi
senang karena bisa disiplin sama keuangan sendiri. Semoga bisa bertahan seperti
ini terus, hehehe.
Terus, pastinya gak akan ketinggalan pengen ngomongin calon hakim favoritku, yang dari bulan
ke bulan kalo ngirim foto seperti terlihat semakin gemuk ya ahahaha. Anyway,
dari curhat-curhat via chat dan telepon yang selama ini kami lakukan, aku bisa
menyimpulkan bahwa pekerjaan hakim itu risky sekali ya. Kadang agak bingung malah
sama yang pekerjaannya memrioritaskan sosial / melayanai masyarakat kayak
hakim, polisi, dokter, guru, dll gitu. Otak bisnis ku kadang melihat itu
sebagai kondisi yang tidak win-win. Gini deh, hakim itu pekerjaan risky karena
putusannya. The worst case I can think about is, ketika putusannya dirasa tidak
adil oleh sekelompok orang, maka keamanan dia dan keluarganya akan terganggu. Padahal,
hak kesejahteraan hakim belum 100% diberikan oleh negara. Jadi, apa yang
menarik dari menjadi seorang hakim? Kadang aku suka nguji dia dengan
pertanyaan-pertanyaan semacam itu, mengritisi sisi humanisnya. Dan selalu ia
kembali dengan jawaban ia bangga mengemban tugas mulia sebagai wakil Tuhan
untuk menegakkan keadilan di dunia yang terasa pincang. Terus aku tanya lagi, “tapi
terus kalo gak sejahtera hidupnya gimana?Kamu sendiri aja gak sejahtera, apa
bisa memperjuangkan kesejahteraan orang lain?” Guess what? Dia pernah kasih ayat paling relatable yang pernah gue baca: “berkat Tuhanlah yang
menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya” – Amsal 10:22. Ayat penuh
makna yang intinya ingin bilang, berkat dari Tuhan adalah kekayaan sejati yang
didalamnya kita akan berbahagia menikmatinya. Mau kerja keras kayak kuda, kalau
memang tidak diberkati Tuhan, mungkin kita tidak akan pernah bahagia atas apa
yang didapat. Seperti itu kurang lebih hehehe. Kami percaya, ketika mengandalkan
Tuhan dan bekerja dengan passion serta ketulusan, Ia pasti akan kasih berkat melalui cara apapun. So I embrace every
possibilities that may come to us, yang penting dilalui bersama-sama dan
dilandaskan akan kasih Kristus.
Aku gak bercanda, dia gemukan! Tapi senang, jam tangan yang kukasih berguna dan dipake dan cucmey sama dia! Yay!
No comments
Post a Comment
It would be nice to share thoughts, right? Anyway, if you feel attached with my articles and eager to get a quick response, do not hesitate to email me in clarissa.affandi@gmail.com. I will reply as fast I could.