6.22.2017

Hampir Setahun di Dunia Mode

Gak terasa, udah hampir setahun saya jadi murid sekolah fashion design, tepatnya sudah 9 bulan. Berasa lagi hamil ya tapi nggak ada bayinya, yang ada pengalaman jungkir-balik yang gak akan saya lupakan. Tulisan ini saya buat untuk calon – calon fashion designer diluar sana, yang masih ragu sama karyanya, yang pesimis akan bertahan di industri ini, dan yang masih ragu apakah dirinya memang pantas menjadi desainer atau tidak.

Ketahuilah, manusia cecurut yang membuat postingan ini gak kalah cupu dari kalian. Saya gak pernah menjahit, saya gak pernah membuat pola pakaian, saya gak pernah menggambar fashion illustration, bahkan saya gak pernah kepikiran mau jadi fashion designer. Tapi terus saya masuk ke Esmod Jakarta berbekal naluri dan (sedikit) talenta. Entah gimana caranya, saya dapat ilham kalau saya harus cobain dan mengembangkan semua talenta yang sudah Tuhan kasih buat saya. Ada yang bilang saya nekad, ada yang bilang saya aneh, ada yang bilang saya kehilangan arah. Saya yang cumlaude dan bergelar sarjana manajemen dari ITB kok tiba-tiba belajar hal-hal teknikal seperti ini, semua teman-teman saya pasti sempat bingung dan menganggap saya bercanda. Bukan hanya teman, seseorang yang spesial dan pernah dekat dengan saya waktu itu menganggap saya mengambil keputusan yang salah dan telah menyia-nyiakan gelar saya. Hubungan kami pun berakhir begitu ia mengucapkan itu. Bisa kalian lihat, begitu besar perjuangan saya bahkan sebelum memulai perjuangan yang sesungguhnya di sekolah fashion design ini. Beruntung orang tua dan sahabat-sahabat dekat saya sangat supportive. Mereka adalah malaikat yang Tuhan kasih untuk menguatkan saya. Dengan hati yang terluka dan pikiran yang sedikit terbeban, dimulailah babak baru dalam hidup saya.

Perjuangannya disini tentu tidak mudah, apalagi saya memang belajar benar-benar dari bawah. Saya buta banget hal-hal teknis seputar dunia fashion. Masih terekam di pikiran saya, saya gemeteran pas awal mula mengoperasikan mesin jahit, begitu juga pas mau ngasih warna (entah pakai cat air atau copic marker) ke gambar, biasanya saya mondar-mandir dulu plus keringet dingin takut ngasih warnanya gagal dan malah bikin jelek sketsa gambar saya, terus saya juga suka keringet dingin pas pelajaran pattern drafting (membuat pola) karena takut gak teliti ketika membuat garis dan lengkungan. Kalau pas pengukuran ulang ternyata ukuran saya beda dikit sama teman-teman saya, frustasi banget rasanya. Gak ngerti salah dimana padahal udah mencoba presisi. Terus apa yang saya lakukan untuk mengatasi itu semua? Hanya 2 hal. 1 hal yang pertama kalian pasti udah sering dengar: PRACTICE. Saya rajin berlatih, dari mulai membeli mesin jahit murah meriah dan latihan menjahit sendiri, membeli seperangkat alat mewarnai (dari mulai copic marker warna-warni, KOI water color, pensil warna khusus untuk mewarnai skin tone) dan rajin menggambar sendiri, dan rajin ke pasar Mayestik sendirian buat kenalan sama jenis-jenis kain dan aplikasinya. Hal kedua ialah: PRAY. Berdoa semoga Tuhan selalu menyalakan api semangat di dalam diri saya. Karena kalau sampai api itu padam, tamatlah riwayat saya dan sia-sialah dukungan orang tua dan sahabat-sahabat saya. Pokoknya selama berjuang di Esmod, saya belajar banget buat rapi dan bersih ketika bekerja (karena itu menjadi poin plus plus plus plus plus plus dalam penilaian Esmod -meskipun saya tetap gak bisa serapi dan sebersih itu sih haha, emang bawaan dari kecil agak berantakan), saya juga belajar untuk on time karena telat semenit aja nilai dikurangin hahahaha (ini berlaku untuk modology / task submission dan absensi di kelas), juga belajar gimana caranya me-maintain creative process supaya tetap jalan meski lagi bosan dan gak mood. Salah satu caranya adalah dengan take your time hehe. Istirahat dengan memanjakan diri, terus pelan-pelan temukan inspirasimu dari berbagai aspek. Jangan takut bertanya dan eksplorasi. Rajin-rajin aja sharing sama teman dan guru tentang trend fashion yang terbaru, terus eksplorasi juga untuk details dan fabric manipulation supaya karya kita gak monoton dan terus berkembang. Terakhir, saya juga belajar untuk tidak mudah puas. Biasanya kalau sudah membuat suatu karya, saya minta pendapat ke 2-4 orang yang menurut saya judgmentnya bisa dipercaya. Jika memang beberapa orang kurang suka, ya saya gak boleh marah, justru itu menjadi bahan revisi yang saya yakini bisa meningkatkan kualitas karya saya.

As the result, saya dapet predikat best student for odd semester kemarin (tapi saya pesimis tetap dapet best student lagi semester ini hahaha). Saya juga sudah diterima magang di Happa, ready-to-wear-nya Mel Ahyar, selama 3 bulan. Proyek terakhir saya untuk Esmod adalah merampungkan kostum untuk Jember Fashion Carnaval tanggal 13 Agustus nanti, benar-benar pengalaman yang seru banget lho bisa ngerjain kostum yang demikian ribet dan banyak aksesorisnya. But in the end, it worth my time and energy. Dan semua ini gak akan mungkin bisa capai tanpa dukungan dari Tuhan, orang tua, sahabat-sahabat, dan seseorang yang menemani 8 bulan perjalanan saya di Esmod. Dia luar biasa. Meski expertise dia di bidang legal & law (which is beda banget sama apa yang saya kerjakan), tapi dia selalu mencoba memahami apa yang saya kerjakan dan menjadi pendukung nomor 1 untuk apapun yang saya pilih. Saran-sarannya selalu membangun, pembawaannya dewasa, dan selalu sabar serta berkepala dingin ketika menangani saya yang mudah labil dan emosian. He is the cure from God that I can’t thank Him enough. Really.


Untuk menyudahi post yang panjang ini, saya sekali lagi ingin mengingatkan, kesuksesan itu bukan diraih dengan hasil kerja semalam. Hargai proses mu, bahkan ketika prosesnya harus lebih lama dan lebih sulit. Jangan tergantung sama orang, tetapi milikilah motivasi yang datang dari internal. Pray and practice, that’s it. Dan jika pada akhirnya kalian menemukan bahwa menjadi fashion designer bukan jalan hidup kalian, that’s very okay. Just move on to the next door. Selamat berjuang dan menemukan 😊
© A Myriad of Words
Maira Gall