Hai semuanya! Agak telat nggak kalau ngucapin “Selamat Tahun Baru
2019”-nya baru sekarang? Hahahaha. I don’t care guys, I just want to greet you
anyway so Happy New Year people! Aku tahu pasti pada bertanya-tanya dalam hati,
ada kabar baru apa di tahun baru ini,
Cha? Whoooz lumayan banyak yang ingin kutulis disini. Tapi kita mulai
pelan-pelan dari urusan: pekerjaan, rencana lain dalam kehidupan, dan sedikit
membahas tentang toxic people kali
ya? Yang terakhir emang agak absurd, but it’s a big deal for me, jadi aku akan
bahas sedikit juga.
Yuk ah, jangan bertele-tele mari kita mulai saja sharing session-nya.
Jadi, di tahun 2019 ini, memang aku mencanangkan tagline “Courage for a Better
Life” untuk diriku sendiri. Setelah di tahun 2018 aku merasa terlalu disetir
beberapa pihak dan merasa hampir gagal memperjuangkan kebahagiaanku (well,
untung enggak gagal ya, kalau gagal bahagia mungkin aku gak bisa nulis ini untuk
kalian), jadi di tahun 2019 ini aku pengen lebih berani dalam membuat keputusan
hidupku. Sudah dimulai dari akhir tahun 2018 nih untuk urusan ini, dimana akhir
November 2018 aku memutuskan untuk resign dari tempat kerja ku yang terakhir.
Nyesel kah Cha? Nope. Bahagia? Yap! Alasannya apa, Cha? When I finally decided
to walkout, it’s caused by more than a mere reason. It’s an
accumulation, instead. Salah satunya adalah aku tidak melihat diriku bahagia disitu, aku
merasa tidak bisa bertumbuh lebih, dan aku merasa tidak berdaya untuk memberi
dampak positif bagi lingkungan kerjaku. So that’s why 😊
Puji Tuhan, keluarga terdekat, pacar, dan sahabat-sahabat ku selalu memberikan
dukungan terbaik. Jadi sekarang aku memutuskan untuk fokus di bisnis fashion ku
sendiri dibawah bendera Start From TheBottom (FYI aku vakum dari brand ku ini selama 1,5 tahun aku kerja di
kantor, karena memang tidak diperbolehkan punya side business apalagi di bidang fashion juga). Bersyukur sekali
karena ketika berkarya lagi melalui bisnis ini, apresiasi dari masyarakat
ternyata sangat baik. Aku berusaha ambisius dalam menjalankan bisnis ini dan
aku banyak mengaplikasikan terobosan-terobosan yang aku lakukan selama bekerja
di fashion designer sebelumnya. Banyak tawaran untuk ikut pop-up terkemuka di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya, ada tawaran untuk bekerja sama dengan
Fashionhub (milik Jakarta Fashion Week), ada bantuan fashion photography dari
majalah indie di Yogya, dan banyak peluang lainnya yang sangat aku syukuri.
Dalam jangka waktu dekat, SFTB akan berkolaborasi dengan brand Earth Major (brand ini milik teman
baikku, yang sama-sama juga pernah bekerja bareng aku di kantor sebelumnya) untuk
membuat sebuah Fashion Installation
di Artivator, sebuah kafe dan artspace pertama di Depok. Mohon doanya semoga
semuanya lancar yaa, aku senang sekali ada project
ini, karena kupikir awalnya yang bisa buat Fashion Installation tuh cuma brand
ternama aja. Tapi puji Tuhan, sekarang ada jalannya.
Terus rencana selanjutnya gimana Cha? Saat ini masih ingin menekuni
bisnisku, masih banyak banget yang bisa diulik dan memang aku butuh ruang untuk
berkarya. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau aku mungkin juga akan cari
pekerjaan lain di kantor. Setelah sempat kerja di fashion designer, ntah kenapa
sekarang pengen cobain kerja di fashion
e-commerce. Kayanya bakal seru kalau aku bisa kuasain ini juga ya, but
we’ll see hehehehe. Terus aku juga ada dorongan dari orang tua untuk
melanjutkan studi S2, jadi aku juga tengah memperjuangkan itu melalui
beasiswa-beasiswa dalam dan luar negeri. Intinya gak mau bikin susah orang tua
(meskipun mungkin mereka gak pernah ngerasa aku nyusahin but still). Jadi mohon doanya juga untuk yang ini karena
banyak yang harus diurus jadi kadang overload sendiri hahaha. Terus ada lagi
nih, aku lagi pengen nantang diriku untuk lebih banyak public speaking di tahun ini. Eh kesempatan itu datang dari teman
ku yang ngurus BritZone, sebuah komunitas berbahasa Inggris terbesar di Jakarta, dia mengundang aku jadi speaker untuk bulan Maret nanti. Temanya
dibebaskan ke aku yang penting sesuatu yang aku cintai (hahaha gampang banget nebak materi yang bakal aku bawain nanti ya kayaknya). Doakan semoga
cecurut ini bisa membawa banyak insight baru untuk teman-teman diluar sana yaa!
(I hope to see you there! Aku jadi
speaker hari Sabtu tanggal 23 Maret, please
mark your calendar *wink*)
Nah topik terakhir tentang toxic
people nih. Bahasa Indonesianya mah “orang beracun”, beracun dalam arti kalau
ada dia, aku ngerasa tidak nyaman. Mungkin karena perbedaan tata krama, cara
berpikir, cara ngetreat orang lain, cara bertutur kata, melakukan "gaslighting"* terhadap aku dan orang disekitarku, dsb. Banyak sih faktornya.
Tapi intinya, ketika ada orang ini, aku yang tadinya happy bisa langsung suram,
langsung ngerasa worthless, langsung ingin ngucap dalam hati “ada ya orang
sejahat/seburuk ini?”, langsung ngerasa murka, drained, apapun itu lah. Ada ya
Cha orang seperti itu? Ada. Sedikit memang, tapi berdampak. Makanya di tahun
2019 ini aku block & mute beberapa orang yang seperti itu Instagram dan Twitter.
Beberapa dari mereka ada yang bertanya-tanya (dengan kalimat-kalimat kasar)
alasan kenapa aku ngeblock/mute mereka. Well, ekstremnya sih those guys are responsible
for my suicidal thoughts. Iya, udah sampe separah itu, jadi please, buat yang
masih bertanya kenapa kenapa kenapa, semoga dengan ini kalian bisa paham alasannya.
Mari kita hidup di kehidupan masing-masing, aku gak pengen tahu lagi tentang
kamu, dan aku harap sebaliknya juga demikian. Semoga urusan kita masing-masing
dilancarkan ya, dan yang terpenting semoga kita sama-sama bisa introspeksi diri
supaya kalau di masa mendatang ternyata harus berjumpa lagi, kita sudah jadi
manusia yang jauh lebih beradab.
*istilah gaslighting itu aku baru tau juga dari influencer di Instagram, thank you for letting us know about this. Ini ngeri-ngeri sedap pas baca artikelnya, karena hampir semuanya aku rasakan dari toxic people itu.
Sekian! Sampai jumpa di post selanjutnya ya, take care, people!
Sekian! Sampai jumpa di post selanjutnya ya, take care, people!