Salam hangat pantat kerbau, semuaaaaa. Kan gue lihat arsip dari entri-entri yang lawas dan ada postingan yang bikin ngakak hahahaha. Ternyata dulu gue bejat,cabul, binal, dan nggak masuk akal . Gue nge-entri seenak jidat aja semua kata-kata maksiat nan kotor tertumpah ruah hahaha. Dasar, untung gue udah tobat, jadi bisa lah masuk surga aiihhhhhh~
Hmm....cukup. Jujur gue agak kesian sama blog ini. Kenapa majikannya bisa nista gini ya. Kesian jadi sepi pengunjung. Cup cup cup, cini cini mama peyuk! Ok, hentikan bahasa binatang, mari gunakan bahasa manusia yang baik dan benar. Ada apa dengan Gado-Gado? Karena gue mau mosting apapun keluh kesah dan kesenangan yang menghampiri gue dalam jangka waktu dekat ini. So....mari nikmati.
Aerial-nya Sitta Karina yang INCREDIBLE
Iya, berawal dari seorang kawan tua (halah) bernama Hana,dia bawa segeprok novel gitu. Terus ada novel yang berpendar dengan tegangan 220 volt dan menyilaukan mata gue. Itulah asal muasal Aerial yang akhirnya berpindah tangan ke tangan laknat gue. Kenapa gue tertarik? Karena kata Hana, ada makhluk fantasinya. Wah dengan semangat gue melahap buku itu hingga habis. Setelah kenyang, gue pun bersendawa. Empeff! Setelah kenyang, gue merinding. Anjrit ini buku keren abis. Sumvaa kagak boong. Pas bagian yang sedih bisa bener-bener hanyut, pas bagian perang adrenalin gue juga kayak dipacu, pas bagian romantisnya gue jadi ciuman ama guling. Buat gue, Sitta Karina penulis novel Indonesia kedua terbaik setelah Dee. Minyooo~
Pasar Segar yang bikin gue naik pitam
Hehehe kalo cerita tentang Pasar Segar bawaannya pengen marah-marah mulu ini. Abis mereka bandel, merampas balonku dengan paksa! *nggak nyambung alert* Lu tau lah Pasar Segar di Depok yang mane, wong cuma itu doang disini kayaknya. Dan cuma itu doang pula yang bikin daerah disekitar itu makin macet! Kalo pulang sekolah kan capek gitu ya bawaannya pengen bobok, eh pas lewat situ malah macet, gue pengen ngasih bom atom biar musnah sekalian peradaban daripada ngerasain macet yang berkepanjangan. Mana mereka sok-sok bikin lampu lalu-lintas tapi useless menurut gue. Udah nyalanya oren doang. Kedap-kedip doang. Bener-bener mirip mata capung. Tai lah. Hhhhh...... (//_-) --> dengan cepat bertransformasi jadi emo.
Nge-cover beberapa lagu dan itu MENYENANGKAN
Gue emang suka mainin lagu pop atau lagu yang lagi in sekarang di piano. Dengan berbekal pengetahuan musik tentang chord, gue bisa dibilang sudah bukan amatir lagi di bidang ini. Cha, lu ngerti lagak nggak? Minta ditimpuk. Terus entah tuyul apa yang menggelendoti gue, akhir-akhir ini kalo lagi menggubah lagu-lagu di piano, gue rekam dengan BB. Hasilnya otomatis kagak bagus. Tapi setidaknya orang awam juga tau lah itu gue mainin chordnya terus pas (mungkin) hahaha. Terus gue seneng karena Melza minta rekaman pas gue main 21 Guns dan katanya bagus hahah. Karena dia les piano juga dengan level yang cukup tinggi, yaa gue percaya deh tingkat bagusnya dia segimana. Dentingan paling hot sih menurut gue yang Bengawan Solo. Endingnya gue pake versi Paragita UI HAHAHAH dasar picik. Abis mereka keren. Gue jadi iri.
Tie Dye-ing was AWESOME, thanks bu Palupi.
Yaa jadi 2 minggu yang lalu, nyonya Palupi, selaku guru Seni Rupa ngajarin kita bikin Tie-Dye dari teknik melipat. Jadi dengan teknik itu kita asal lukis aja ntar pas dibuka........voila! Benar-benar kejutan. Pokoknya gue suka ini! <-- ciri-ciri orang dengan kadar kemampuan berkomentar yang rendah. Gue nggak lulus seleksi ketiga AFS Chapter Jakarta
Hahahaha gue nggak kecewa kok, kalo dipikir-pikir gue juga belum mampu hidup mandiri dan belum bisa ngelepas kehidupan gue disini. Lagian ke Jerman nggak hanya lewat AFS aja, itu kan buat yang siswa-siswi, sebenernya gue lebih pengen benar-benar tinggal disana, kawin, merajut kehidupan dan bekerja disana sebagai ilmuwan. Buat teman-teman yang lulus, gue ucapin congrats ya, kalian hebat, dan gue bangga akan hal itu. Buat yang tidak, ayok kita dugem aja! Hahahaha.
SUPER JUNIOR~~~ my LOVELY boys
Awwww jari-jari gue mendadak gemeteran ketika menulis judul paragraf yang ini. Rasanya deg-degan getho najis lu Cha! Badak bunting! Udah nggak sabar bener pengen ngupdate dan ngasih tau kalo Saras dengan sukses mencuci otak gue dan mencekoki gue dengan pelbagai hal tentang SUPER JUNI~OR!!!! HIYAAAAAAAT!!! Tapi gini, berhubung mereka adalah tamu spesial, gue nggak mau mereka cuma dapet jatah sebagian postingan kali ini. Gue ingin bikin yang spesial dengan 1 entri penuh khusus mereka hahahaha. Mungkin besok, atau lusa, atau minggu depan, atau bulan depan, atau tahun depan, gue akan nge-entri tentang mereka. Jadi, kamu, wahai kamu jelata, nantikanlah tibanya postingan itu haha.
END :)
9.06.2010
Phoenix atau Roc?
Ketika gue mulai menulis kata K pada 'ketika' di awal kalimat, hujan mulai turun rintik-rintik dan mendadak suasana di rumah gue menjadi adem, sejuk, tenang, dan sunyi. Hanya terdengar denyutan keyboard qwerty yang ditunyuk-tunyuk oleh seorang autis secara serampangan. Ya itu gue! hehehehe. Pagi ini gue sedang sendu. Bukan galau. Ingat itu! Karena gue bukan seperti kebanyakan remaja labil yang kerjanya ngupdate status twitter atau bbm dengan 5 huruf nonsense itu. Mungkin ada saatnya gue galau, tapi nggak akan gue publikasikan.
Mengapa gue sendu? Karena gue kangen seseorang dan gue benci harus mengakui hal itu. Kenapa? Karena sudah terlalu sering gue share sana-sini kalo gue kangen orang itu. Kangen banget sampe rasanya pengen nyamper ke rumahnya, gedor-gedor pintunya terus meluk. Binal sih. Tapi kangen kali ini memang beda! Beda dengan saat gue kangen Nardo. Beda saat gue kangen Olive, iguana gue yang meninggal 6 tahun yang lalu. Beda saat gue kangen sama Saras. Beda saat gue kangen sama Super Junior (ok, mengenai ini akan gue bahas lebih lanjut di postingan KHUSUS selanjutnya HEAHAHAHAHA). Karena gue kangen dengan sahabat gue yang lain. Sahabat ini beda dengan Saras. Beda gender doang sih haha. Tapi baiknya sama. Eh enggak deng, Saras tetap paling baik (ok, jangan mengetik kata Saras terlalu banyak disini atau dia akan kegeeran). Perlu gue sebut namanya? Rasanya tidak apa-apa. Toh dia bukan public figure yang terkenal. Dia hanya terkenal di hati gue. Namanya Fakhreza Dwiputra Suparyadi, yang untuk selanjutnya akan disingkat menjadi Faza. Ok? ok laaah.
Yah, anak cowok yang tidak lebih tinggi dari gue ini banyak memberi gue pelajaran hidup. Bahwa meski beda kepercayaan, beda gender, beda sifat, kita bisa bersatu. Bersatu karena kita punya tujuan yang sama. Kami suka mitologi Yunani, Mesir, Nordik, dan Roma. Kami suka berbagai makhluk fantasi. Kami suka sejarah. Kami suka semua hal tentang konspirasi dunia. Yang kalo ditelaah kok kayaknya hal-hal berbau IS semua ya. Hal mendasar itulah yang sempat membelokkan niat gue yang tadinya ingin masuk program IA menjadi IS. Tapi mama berkata lain, gue tidak diizinkan. Kesedihan gue pun bertambah saat tau kalo Faza ternyata jadi anak IS. Udah jarak kelasnya jauh. Ditambah nomer hp-nya yang nonaktif. Terus, kita berdua jadi punya kesibukan masing-masing pastinya. Padahal, tujuan awal kita tuh membuat buku tentang mitologi yang pakai bahasa kita sendiri, jadi (mungkin) banyak anak remaja yang ingin ikut terhisap ke dalam dunia mitologi yang asik.
Kenapa bikin proyeknya kok buku? Karena itu didasari oleh pengalaman gue. Kala gue masih sebagai rockie di bidang mitologi, gue pun ke Gramedia untuk membeli buku tentang hal itu.
Gue: mbak, disini ada buku tentang mitologi nggak?
Mbak-mbak: He? Mikologi?
Gue: itumah ilmu jamur, nyong. Bukan, mi-to-lo-gi.
Mbak-mbak: maaf? mikro? Apa apa?
Gue: mitologi mbak, nggak tau nih? Atau emang elunya aja yang geblek?
Mbak-mbak: yang mengenai buah-buahan itu ya? Ha! terbukti, gue nggak geblek!
Gue: salah! Itu tentang dewa-dewi, mbak. See?
Mbak-mbak: oke, gue geblek. Em...sebentar ya saya cari dulu.
*setelah menunggu cukup lama
Mbak-mbak: nggak dijual dek disini.
Gue: sip, makasih. Gue yakin lu salah ngetik di komputer pencari itu. GUE YAKIN!
Semenjak kejadian itu gue mengambil kesimpulan, bahwa belum semua orang tau setidaknya apa itu mitologi. Boro-boro tau artinya, tau tulisannya aja enggak. Mungkin saja buku itu sebenernya ada disana. Mungkin......
Tapi kayaknya proyek itu terancam gagal. Sekalipun tidak bisa melanjutkan proyek itu, gue berharap kami tetap bisa melanjutkan hubungan pertemanan ini. Karena gue merasa nyaman aja kalo lagi ngobrol sama dia. Kita kayak kerasukan apa tau, jenglot kali, yang pasti kami akan terus nyerocos hingga guru mapel masuk. Gue merasa nyaman ketika kala itu X-5 sedang sibuk dengan dunianya dan gue terbelakang, tetapi dia tiba-tiba disamping gue, nyodorin laptop, dan kita nonton tentang konspirasi bersama. Dan pernah, dengan tumbennya, dia nyetelin lagu Secondhand Serenade yang apaa gitu lupa. Biasanya gue akan acuh karena emang nggak suka. Tapi ketika dia yang nyetelin, rasanya beda. Gue dengerin sampe habis meski gue tetap nggak suka lagu itu.
Belum lama ini gue nulis gini di twitter, "Nonton Percy J. & the Lightning Thief, mengingatkan aku akan eksistensi Faza yg kini bhkn lebih samar ketimbang dewa dewi Yunani. I miss you, bestfriend". Setelah itu gue merasa bodoh, kenapa juga gue nulis gini disini. Kalo mau ya di fb, dimana dia juga punya akunnya. Gue juga pernah nulis ginian di twitter, "Biarlah cinta itu seperti Phoenix adanya. Yang tak lekang oleh waktu. Yang tak musnah dimakan zaman". Ada apa dengan Phoenix? Phoenix adalah binatang fantasi kesukaan dia. Dan..oiya, cinta yang dimaksud disitu bukan cinta yang macem-macem. Ya...meski gue bodoh, tapi setidaknya gue mau berusaha menciptakan pertemanan yang abadi. Kalo dia nggak mau, ya nggak apa-apa, berarti istilah Phoenix tidak tepat disandingkan disitu. Seharusnya mungkin Roc, burung pada mitologi Saudi yang punah ditelan zaman.
Mengapa gue sendu? Karena gue kangen seseorang dan gue benci harus mengakui hal itu. Kenapa? Karena sudah terlalu sering gue share sana-sini kalo gue kangen orang itu. Kangen banget sampe rasanya pengen nyamper ke rumahnya, gedor-gedor pintunya terus meluk. Binal sih. Tapi kangen kali ini memang beda! Beda dengan saat gue kangen Nardo. Beda saat gue kangen Olive, iguana gue yang meninggal 6 tahun yang lalu. Beda saat gue kangen sama Saras. Beda saat gue kangen sama Super Junior (ok, mengenai ini akan gue bahas lebih lanjut di postingan KHUSUS selanjutnya HEAHAHAHAHA). Karena gue kangen dengan sahabat gue yang lain. Sahabat ini beda dengan Saras. Beda gender doang sih haha. Tapi baiknya sama. Eh enggak deng, Saras tetap paling baik (ok, jangan mengetik kata Saras terlalu banyak disini atau dia akan kegeeran). Perlu gue sebut namanya? Rasanya tidak apa-apa. Toh dia bukan public figure yang terkenal. Dia hanya terkenal di hati gue. Namanya Fakhreza Dwiputra Suparyadi, yang untuk selanjutnya akan disingkat menjadi Faza. Ok? ok laaah.
Yah, anak cowok yang tidak lebih tinggi dari gue ini banyak memberi gue pelajaran hidup. Bahwa meski beda kepercayaan, beda gender, beda sifat, kita bisa bersatu. Bersatu karena kita punya tujuan yang sama. Kami suka mitologi Yunani, Mesir, Nordik, dan Roma. Kami suka berbagai makhluk fantasi. Kami suka sejarah. Kami suka semua hal tentang konspirasi dunia. Yang kalo ditelaah kok kayaknya hal-hal berbau IS semua ya. Hal mendasar itulah yang sempat membelokkan niat gue yang tadinya ingin masuk program IA menjadi IS. Tapi mama berkata lain, gue tidak diizinkan. Kesedihan gue pun bertambah saat tau kalo Faza ternyata jadi anak IS. Udah jarak kelasnya jauh. Ditambah nomer hp-nya yang nonaktif. Terus, kita berdua jadi punya kesibukan masing-masing pastinya. Padahal, tujuan awal kita tuh membuat buku tentang mitologi yang pakai bahasa kita sendiri, jadi (mungkin) banyak anak remaja yang ingin ikut terhisap ke dalam dunia mitologi yang asik.
Kenapa bikin proyeknya kok buku? Karena itu didasari oleh pengalaman gue. Kala gue masih sebagai rockie di bidang mitologi, gue pun ke Gramedia untuk membeli buku tentang hal itu.
Gue: mbak, disini ada buku tentang mitologi nggak?
Mbak-mbak: He? Mikologi?
Gue: itumah ilmu jamur, nyong. Bukan, mi-to-lo-gi.
Mbak-mbak: maaf? mikro? Apa apa?
Gue: mitologi mbak, nggak tau nih? Atau emang elunya aja yang geblek?
Mbak-mbak: yang mengenai buah-buahan itu ya? Ha! terbukti, gue nggak geblek!
Gue: salah! Itu tentang dewa-dewi, mbak. See?
Mbak-mbak: oke, gue geblek. Em...sebentar ya saya cari dulu.
*setelah menunggu cukup lama
Mbak-mbak: nggak dijual dek disini.
Gue: sip, makasih. Gue yakin lu salah ngetik di komputer pencari itu. GUE YAKIN!
Semenjak kejadian itu gue mengambil kesimpulan, bahwa belum semua orang tau setidaknya apa itu mitologi. Boro-boro tau artinya, tau tulisannya aja enggak. Mungkin saja buku itu sebenernya ada disana. Mungkin......
Tapi kayaknya proyek itu terancam gagal. Sekalipun tidak bisa melanjutkan proyek itu, gue berharap kami tetap bisa melanjutkan hubungan pertemanan ini. Karena gue merasa nyaman aja kalo lagi ngobrol sama dia. Kita kayak kerasukan apa tau, jenglot kali, yang pasti kami akan terus nyerocos hingga guru mapel masuk. Gue merasa nyaman ketika kala itu X-5 sedang sibuk dengan dunianya dan gue terbelakang, tetapi dia tiba-tiba disamping gue, nyodorin laptop, dan kita nonton tentang konspirasi bersama. Dan pernah, dengan tumbennya, dia nyetelin lagu Secondhand Serenade yang apaa gitu lupa. Biasanya gue akan acuh karena emang nggak suka. Tapi ketika dia yang nyetelin, rasanya beda. Gue dengerin sampe habis meski gue tetap nggak suka lagu itu.
Belum lama ini gue nulis gini di twitter, "Nonton Percy J. & the Lightning Thief, mengingatkan aku akan eksistensi Faza yg kini bhkn lebih samar ketimbang dewa dewi Yunani. I miss you, bestfriend". Setelah itu gue merasa bodoh, kenapa juga gue nulis gini disini. Kalo mau ya di fb, dimana dia juga punya akunnya. Gue juga pernah nulis ginian di twitter, "Biarlah cinta itu seperti Phoenix adanya. Yang tak lekang oleh waktu. Yang tak musnah dimakan zaman". Ada apa dengan Phoenix? Phoenix adalah binatang fantasi kesukaan dia. Dan..oiya, cinta yang dimaksud disitu bukan cinta yang macem-macem. Ya...meski gue bodoh, tapi setidaknya gue mau berusaha menciptakan pertemanan yang abadi. Kalo dia nggak mau, ya nggak apa-apa, berarti istilah Phoenix tidak tepat disandingkan disitu. Seharusnya mungkin Roc, burung pada mitologi Saudi yang punah ditelan zaman.
Subscribe to:
Posts (Atom)